BERASTAGI, KLIK7TV.CO.ID – Ketua Konsorsium Ekosistem Kemitraan Berbasis Potensi Daerah Sumut Dr Surya Dharma ST MT mengatakan, pendidikan vokasi lebih mengutamakan skill dan kompetensi/keahlian. Metode pembelajarannya 60 persen praktik dan 40 persen teori.
Sekarang pendidikan vokasi itu sudah ada S2 nya, bukan hanya D4 atau setara S1,kata Dr Surya pada acara Bootcamp Media program fasilitasi kemitraaan 20224 di Mutiara Hotel Berastagi, Sabtu (28/9/2024) dengan thema : “Pelibatan media massa dalam pengembangan terkait isu-isu pendidikan vokasi melalui bootcamp Mediaâ€.
Pada acara sehari itu, ikut tampil sebagai pembicara, Direktur Politeknik Wilmar Bisnis Indonesia Dr Ir Jenny Elisabeth MS, Tim pakar mitra DUDI dan dosen Polmed Dr Ing Heru Pranoto ST dan Direktur Tempo Institute Qaris Tajudin.
Dikatakan Surya , lulusan pendidikan vokasi (Politeknik) itu harus memiliki 1 sertifikat keahlian.
Selain ada Ijazahnya,juga harus ada 1 sertifikat keahliannya untuk dilampirkan saat melamar kerja nanti,katanya.
Sementara Dr Jenny Elisabeth mengatakan, tanggung jawab pendidikan bukan hanya tanggung jawab dunia pendidikan saja, tetapi juga harus didukung DUDI (dunia usaha dan dunia industri). DUDI selayaknya membuka pintu untuk praktik bagi mahasiswa atau magang bagi dosen, sehingga lulusan pendidikan vokasi lebih ahli dan siap kerja.
Mengembangkan pendidikan vokasi (Politeknik) terkesan sulit, karena masyarakat kita lebih memilih ke Universitas dibanding ke pendidikan vokasi. Beda bila dibanding di negara-negara maju, generasi muda lebih memilih ke pendidikan vokasi, karena lebih menjanjikan dunia kerja,katanya.
Vokasi harus bangkit untuk lebih dikenal, kuat ,maju dan diminati lulusan SLTA dimasa depan. Untuk itu memang perlu dukungan berbagai pihak , termasuk media massa ,katanya.Setelah acara tanya dan jawab, acara tersebut ditutup oleh Dr Ing Heru Pranoto ST. (RS)