Tarabintang Tetap Tak Terjamah Oleh Pemerintah Humbang, DPRD Dapil 3, Terkesan Tak Bersuara

Humbang Hasundutan – Kecamatan Tarabintang telah lama membisu, diam seribu bahasa, padahal kursi hibah dari rakyat yang diberikan kepada wakil rakyat telah diduduki namun tak kunjung ada realisasi. Infrastruktur yang dikeluhkan warga tak mampu dijawab oleh Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan dibawah kepemimpinan Oloan Nababan. 

Tak tanggung-tanggung, terkesan kemenangan pilkada terkesan dianggap sebuah hasil lamaran pekerjaan untuk mendapatkan gaji bulanan semata. Halnya juga DPRD, memiliki prinsip yang sama menganggap kursi DPRD yang mereka duduki adalah hasil lamaran kerja yang mereka dapatkan setelah melalui seleksi. 

Aneh, tapi inilah kenyataan prinsip yang tampak dan terpampang jelas karakter itu dihadapan masyarakat. Tak ada perbaikan, tak ada pengecekan dan tak ada pemberitaan dari mereka yang duduk dikusi berbusa hasil pajak rakyat kepada mereka yang legislator dan eksekutif. 

“Nama yang disebut kan pada mereka sangat indah berdasarkan konstitusi tapi reaksi tak sejalan dihadapan masyarakat. Kecamatan Tarabintang yang terpinggirkan, telah lama diharapkan menjadi wilayah yang dihitung untuk disejahterakan,” ujar beberapa warga kepada media, Minggu (31/8/2025) saat berbincang di kedai kopi. 

Menurut mereka, organisasi dan kelompok kecil, baik pribadi masyarakat telah mengusulkan berkali-kali, namun kelihaian berargumentasi para penguasa terlalu indah, sehingga Tarabintang tetap hanya tambahan suara untuk merebut kemenangan semata. 

“Ironi negeri ini kawan, apalah kita ingin harapkan dari penguasa negeri. Secerdas apapun mereka merancang kata-kata dengan alibi kami bekerja, kan sudah kita rasakan bahwa inilah keadaan kita,” terang salah seorang warga menimpali.

Menurutnya, pejabat yang terpilih tak punya kemampuan membaca, karena hatinya telah menghitung mengembalikan modal yang telah habis saat merebut kursi jabatan. 

“Nikmatilah dan syukuri lah, andai pejabat yang dulu tidak semua punya sekolah tinggi dianggap tidak mampu, tetapi yang memiliki sekolah tinggi pun tak ada bedanya, inilah nyatanya,” jelas warga tersebut.

Betul memang masyarakat berharap yang duduk di parlemen itu punya sekolah dengan alasan lebih baik, tapi sudah terlalu lama masyarakat menanti kebaikan itu malah tak kunjung ada jawaban. 

“Kemerdekaan yang telah kita rayakan setiap tahun tentu hanya sebatas menghargai para pahlawan kita saja yang dulu telah gugur, bukan karena kita hidup sejahtera tentunya, mereka yang hari ini duduk di legislatif tak lagi perlu diharapkan, tapi cukuplah kita doakan,” ungkap salah seorang dari mereka yang usianya sudah cukup tua. 

Kepasrahan namun tetap semangat yang dimiliki warga Tarabintang menggambarkan ketiadaan harapan mereka dari yang telah mereka pilih walaupun sebagian karena terima saweran politik maupun ikhlas untuk perbaikan, namun tentu bagi pejabat yang telah disumpah menjalankan tugas sebaik-baiknya sebagai pejabat legeslatif dan eksekutif saat disumpah waktu mereka dilantik.

Selain prinsip bernegara harus mereka miliki, juga prinsip bersaudara dan berkeluarga juga harus mereka punyai. Pengorbanan dalam bernegara dan sebagai makhluk ciptaan Tuhan harus memiliki empati dan menganggap kita adalah mereka. 

Jika prinsip ini tidak dimiliki, maka inilah hasilnya, semua selalu dihitung berdasarkan angka materi semata. Persaudaraan dalam bernegara tidak lagi menjadi perhitungan.

Related posts

Forkopimda Tapteng Gelar Konsolidasi, Jaga Situasi Kamtibmas Tetap Kondusif

Tingkatkan Layanan EV, PLN Luncurkan Home Charging Services Versi Terbaru

Satpol PP Kota Medan Ratakan Bangunan Yang Dijadikan Sarang Narkoba di Jalan Karya Mesjid