MEDAN, KLIK7TV.CO.ID – SLB Negeri Pembina Provinsi Sumatera Utara mendapat kehormatan dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PP&PA) dan Dinas PP&PA Provinsi Sumatera Utara atas kunjungan melakukan visitasi dan akreditasi sekolah ramah anak.
Tim Kementerian PP&PA terdiri dari Fatah Amaliko dan Indah serta Roimah Harahap mewakili Dinas PP&PA Provinsi Sumut disambut Kabid Pembinaan Khusus Elisabeth Simanjuntak MSi dan Kepala SLB Negeri Pembina Mardi Panjaitan di Jl Karya Ujung Medan, Selasa (24/9/2024).
Dalam pertemuan singkat dengan guru dan tenaga kependidikan baik perwakilan Kementerian PP&PA dan Dinas PP&PA Provsu memberikan pengarahan dan bimbingan terkait sekolah ramah anak di SLB Negeri Pembina Provsu itu.
Mardi Panjaitan usai pertemuan kepada media mengatakan, acara hari ini SLB Negeri Pembina mendapat kunjungan dari tim Kementerian PP&PA dari Jakarta didampingi juga dari Dinas PP&PA Provsu untuk melakukan akreditasi sekolah ramah anak di satuan pendidikan yang dipimpinnya.
“Kegiatan ini sudah cukup lama kita ikuti. Selama ini hanya secara daring dan kita sudah dibina sebenarnya dalam beberapa bulan terakhir ini mengikuti atau menyusun perangkat- perangkat yang dibutuhkan dalam rangka akreditasi sekolah ramah anak,” paparnya.
Mereka juga dapat melihat langsung ketersediaan perlengkapan atau dokumen yang dibutuhkan dalam rangka proses percepatan menjadi sekolah ramah anak khususnya dalam layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (difabel) apakah ada kesulitan selama ini dan apa sebenarnya masalah yang terjadi,” jelasnya.
Di Sumatera Utara, tim Kementerian PP&PA juga melakukan akreditasi di tiga lokasi diantaranya, Kantor BNN Sumut, RS Adam Malik dan SLB Negeri Pembina sekarang yang sedang mereka akreditasi secara langsung.
Mardi berpikir kerjasama yang baik dari Dinas Pendidikan Provsu yang mau melakukan rekomendasi sekolah ini supaya menjadi akreditasi sekolah ramah anak. Jadi kalau kesulitan sejauh ini ketika teman-teman melalui media zoom sedikit tak ada masalah.
“Jadi semua unsur atau elemen- elemen yang dibutuhkan dalam membuat sekolah ramah anak sudah dipenuhi dan hari ini mereka visit melihat ruangan, sarana dan perangkat-perangkat yang ada,” tambahnya.
Menyinggung perbedaan sekolah reguler dengan sekolah difabel menjadi sekolah ramah anak ini mungkin karena aksesnya disabilitas ini yang tidak ada di tempat yang lain.
Mardi mengungkapkan bahwa bagaimana kita memperlakukan anak-anak menjadi sangat manis. Begitu perbedaannya mungkin pelayanannya kalau di sekolah lain butuh konsultasi dan konseling langsung bersama anak difabel.
Ditambahkannya pula, sekolah ramah anak butuh tim pengajar khusus. “Kita buat kepengurusan khusus yang menangani anak difabel termasuk juga ada guru kita yang berlatar belakang psikolog di sekolah ramah anak yang sudah berjalan mulai tahun ini,” tambah Mardi.
Program sekolah ramah anak juga mengatasi kenakalan, perundungan (bully) dan seterusnya sesuai arahan Dinas Pendidikan Provsu, bagaimana caranya mengatasi bullying termasuk pelayanan kepada anak disabilitas berbeda dengan anak yang normal.
“Butuh perhatian, penanganan, pendekatan khusus sehingga memang begitu program ini bisa disandingkan di SLB Negeri Pembina. Artinya kita masih berpikir sendiri tidak mau nanya kalau pun tidak ada program ini kita harus mampu menghadirkan sekolah yang ramah anak untuk semua warga sekolah,” tuturnya.
Mardi berharap banyak stakeholder elemen atau bantuan masyarakat yang bisa diarahkan ke SLB Negeri Pembina sebagai aset sekolah yang gratis biaya sekolah dan hanya bersumber dari dana BOS yang sangat terbatas anggarannya.
Reporter : Sabam Silitonga